Tawangmangu, yang terleak di lereng Gunung Lawu Kabupaten Karanganyar makin ramai oleh kunjungan wisata. Sebagian besar pelancong tak hanya tertarik berkunjung ke air terjun Grojokan Sewu yang merupakan ikon utama kawasan ini, tapi juga ingin menikmati wisata lain yaitu kuliner.
Selama beberapa tahun terakhir, wisata kuliner di kawasan ini memang tumbuh pesat dan banyak kedai baru yang bermunculan. Pada umumnya kedai tersebut mengusung konsep kekinian bergaya resto atau kafe, khususnya di jalur tembus Tawangmanggu – Magetan.
Selain menu nusantara, Asia dan barat, hampir semua cafe dan resto yang jumlahnya mencapai ratusan ini menawarkan keindahan pemandangan alam lereng gunung lawu. Ditambah dengan desain dan tata ruang yang begitu ciamik, bikin wisatawan makin suka bertandang ke tempat tersebut.
Perkembangan ini mulai terasa ketika proyek pembukaan jalur baru Tawangmangu – Magetan usai dibangun. Banyak investor yang berdatangan dan mereka tidak hanya berasal dari daerah Tawangmangu atau Karanganyar saja. Tak sedikit pemodal kakap luar kota yang turut membangun bisnis kuliner di kawasan wisata legendaris tersebut.
Dalam perbincangannya bersama Solopos, Ketua Paguyuban Kuliner Tawangmangu, Sastro Parmin Wijoyo mengungkap, usaha kafe, resto, dan kedai makanan di daerah ini semakin terasa sejak lima tahun terakhir. Pada tahun 2-17 lalu, hanya ada dua kafe atau resto saja yang berdiri, yakni Rahma dan Sate Lawu.
Namun untuk saat ini, jumlahnya meningkat signifikan bahkan telah mencapai ratusan. Salah satu faktor utama yang memberi pengaruh besar terhadap pertumbuhan ini yaitu banyaknya pelancong yang berkunjung ke Tawangmangu. Terlebih kawasan tersebut terkenal sebagai objek wisata murah dan terjangkau.
Harapan Bupati Karanganyar, Juliatmono
Sehubungan dengan perkembangan ini Bupati Karanganyar, Juliatmono berharap jika kedepannya nanti kawasan Tawangmangu bisa lebih nyaman, bersih, dan tak ada lagi kemacetan.
Dia mengaku masih ada sejumlah persoalan yang harus diselesaikan di Tawangmangu. Terutama masalah penataan pedagang kaki lima, pengelolaan parkir, dan infrastruktur jalan. Semua merupakan tugas yang harus segera diurus agar pengembangan wisata di tempat ini bisa berkembang lebih baik.
Terkait dengan masalah ini pula Juliatmono telah menghubungi dan meminta tolong kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah untuk membangun area parkir. Selain itu dia juga mengajukan permohonan agar pedagang kaki lima ditempatkan di satu area. Termasuk kehadiran resto dan cafe baru, juga membutuhkan penertiban.
Khusus urusan terakhir ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Karanganyar akan segera melakukan pengkajian. Salah satunya adalah melalui perhitungan perbandingan atau rasio antara jumlah kunjungan wisata dan ketersediaan tempat makan.
Jika objek wisata kulinernya terlalu banyak, Juliatmono punya keinginan agar bisnis ini dapat digeser ke wilayah lain. Misalnya Karangpandan atau Matesih, dan lainnya, sehingga bisa tercapai keseimbangan dan pemerataan yang lebih baik.