Hollywood memang menawarkan sejuta cerita, di atas layar perak dan drama di balik kamera. Glamorama Hollywood yang dimulai sejak era keemasan perfilman pada 1910 hingga 1960, ataupun era film koboi yang merajai tahun 70an. Semuanya menjadikan Hollywood mesin pencetak bintang dunia yang dipuja para penggemar.
Lahir dan tumbuh di tahun 70an, direktur kreatif Gucci saat ini Alessandro Michele, memiliki ikatan kuat dengan Hollywood. Ibunya bekerja sebagai asisten produksi film membuat Alessandro kecil yang tumbuh di Roma hanya bisa berkhayal tentang gemerlap dunia baru di seberang lautan dari cerita-cerita ibunya. Kenangan itu dituangkannya pada koleksinya kali ini.
Lalu lintas Los Angeles mendadak padat dengan ditutupnya Hollywood Boulevard oleh Gucci. Bertajuk ‘Gucci Love Parade’, Alessandro Michele meluapkan rasa cintanya pada industri film melalui koleksi musim semi 2022 ini. Tentunya, front rowers yang didominasi selebritas Hollywood duduk di tepian jalan sementara para model menapak di atas bintang-bntang Hollywood Walk of Fame.
Nuansa film koboi khas 70an nampak jelas pada koleksi ini, meskipun tetap saja garis rancang quirky maksimalis khas Alessandro Michele membungkusnya menjadi tampilan muda dan modern. Banyak inspirasi diambil dari glamorama era keemasan Hollywood ala Rita Hayworth dan Marilyn Monroe, feather boa menjuntai ataupun mantel bulu mewah membungkus gaun berpotongan terbuka penuh sensualitas. Sementara itu tren setelan jas dalam material velvet dan satin banyak ditampilkan, demikian pula potongan celana bell bottom ataupun celana pipa yang melengkapi jas ber-padding ala 70an.
Bukan hal aneh bila presentasi ini digelar di jantung dunia perfilman, Gucci telah menjadi sahabat para bintang Hollywood pada tiap gelaran karpet merah. Para pesohor pun padat di baris depan. Tampak sosok presenter James Corden, Tracee Ellis Ross, dan Gwyneth Paltrow pada jajaran terdepan bangku penonton. Sementara sosok aktor serba bisa, Jared Leto dan aktor ‘Home Alone’ Macaulay Culkin turut berjalan diantara barisan model yang dipilih secara inklusif.
“Ibu saya selalu berpesan: Los Angeles bersinar dengan keajaibannya sendiri yang tak lekang oleh waktu, LA adalah sebuah wilayah yang terpulas kesempurnaan surgawi, menjadikannya sebuah cerita mitos yang penuh kemungkinan dan nyata,” kata Alessandro Michele.
