Beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia baru saja merayakan Hari Batik Nasional dan Solo merupakan salah satu tempat penyelenggaraan acara tersebut. Sangat wajar, karena kota ini adalah pusat industri batik terbesar di tanah air. Bahkan di sini pula terdapat museum batik dengan koleksi paling lengkap, yakni Museum Batik Danar Hadi.
Objek wisata sejarah, pendidikan, dan budaya tersebut berlokasi di Jl. Slamet Riyadi 261 Surakarta dan berada di kompleks Ndalem Wuryoningratan. Ada sebelas ruang yang semuanya difungsikan untuk memamerkan beragam koleksi kain batik. Semua terbagi dalam beberapa tema, seperti batik petani, batik saudagaran, batik Indonesia, batik Djawa Hokokai, batik Belanda, Cina, dan sebagainya.
Melihat Koleksi dan Belajar Membatik
Tak tanggung-tanggung, jumlah koleksinya mencapai sekitar 10.000 helai kain batik dari budaya dan zaman yang berbeda-beda. Misalnya untuk batik Belanda, merupakan batik yang pola atau coraknya tercipta ketika Indonesia masih menjadi negara jajahan Belanda. Dalam tema ini, wisatawan akan menjumpai batik yang mengandung cerita Little Red Riding, Snow White, dan Hanzel and Gretel.
Tidak hanya aneka koleksi saja, di Museum Batik Danar Hadi wisatawan juga dapat menyaksikan langsung proses pembuatan batik dan teknik perawatan. Bukan itu saja, jika punya waktu lebih longgar bisa pula mengikuti kursus dan belajar membuat batik.
Kegiatan menarik ini diawali dengan pembelajaran pembuatan pola atau corak dan teknik penggunaan canting dan malam untuk membatik pada kain mori. Setelah itu lanjut dengan pemberian warna dan celupan. Kemudian yang terakhir, membersihkan kain dari malam.
Bangunan Museum
Sisi lain yang dapat membuat wisatawan makin tertarik berkunjung ke Museum Batik Danar Hadi adalah bangunan museum itu sendiri. Ndalem Wuryoningratan didirikan pertamakali sekitar tahun 1890 dan telah masuk dalam daftar cagar budaya yang harus dilindungi.
Pada masa lalu kompleks bangunan tersebut jadi tempat kediaman seorang bangsawan dari Keraton Kasunanan Surakarta bernama Pangeran Wuryaningrat. Dia merupakan menantu dari Raja Paku Buwana X.
Desain arsitekturnya memakai gaya kombinasi tradisional Jawa dan Eropa dan terdiri dari beberapa bagian. Pertama adalah pendapa yang sangat kental dengan pengaruh Belanda. Setelah itu ada teras yang lebih menonjolkan nuansa budaya Jawa. Lalu ada ruang santai yang dinamakan sebagai ngantri atau gandok.
Berikutnya ada beberapa ruang lagi yang pada zaman dahulu mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Ruang-ruang inilah yang kemudian menjadi museum dan tempat untuk memajang aneka koleksi kain batik dengan segala pernak-perniknya.
Terakhir apabila masih tertarik melanjutkan kegiatan wisata yang lain, di sebelah kiri museum terdapat restoran Soga dengan menu utama aneka masakan tradisional Solo. Selain itu ada House of Danar Hadi yang menjadi tempat untuk belanja busana batik dan kerajinan tangan. Jadi sangat komplet dan yang pasti selalu memuaskan.