Monday, October 7, 2024

Mengenal Dekat Campursari dan Lagu Pop Jawa yang Sedang Jadi Tren

Hingga saat ini kalian pasti belum mampu melupakan begitu saja ketenaran mendiang Didi Kempot. Sebelum wafat, beliau sempat menarik perhatian masyarakat Indonesia terutama Jawa melalui sebuah aliran musik yang terkenal dengan sebutan Campursari.

Sebetulnya, aliran musik ini telah mulai muncul sekitar tahun 1950. Pada era tersebut, irama karawitan atau gamelan dan langgam Jawa masih sangat populer. Namun tidak lama kemudian sebagaimana informasi dari DetikJateng, ketika itu mulai hadir kreasi baru yang merupakan paduan antara gamelan dan instrumen musik barat.

Dalam sebuah perbincangan, dosen karawitan dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo Danis Sugiyanto menceritakan adanya peran dari Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang dalam memperkenalkan musik campursari. Lembaga penyiaran ini punya grup musik yang menggabungkan gamelan, flute, dan biola.

Menurut Danis, ketika itu memang belum ada istilah campursari. Namun dalam waktu yang bersamaan, ada kelompok lain yang juga melakukan eksperiman mencampurkan gamelan dan alat musik modern. Grup ini berasal dari Unit Moril, yang dimiliki oleh lembaga dinas tentara. Mereka memang memiliki tugas khusus memberi hiburan bagi anggota pasukan.

Sementara itu ada bukti sejarah lain yang terungkap dalam jurnal bertajuk The History of Campursari atau Jejak Campursari terbitan Universitas Negeri Semarang. Jurnal ini menyebutkan bahwa pada zaman dulu RRI Semarang secara rutin mengadakan siaran musik campursari setiap hari Rabu malam pekan pertama dan ketiga.

Kemudian pada tahun 1978, grup musik RRI tersebut berhasil membuat rekaman lagu hingga sembilan album. Hanya saja pada saat ini keberadaan campursari belum terlalu dikenal di masyarakat.

Masuk tahun 1980, lahir aliran baru bernama Sragenan yang mengkombinasikan nada pentatonik dan dianotik sekaligus jadi pembaharuan dalam karawitan. Aliran ini dapat menghadirkan nuansa lebih meriah dan banyak yang menjadikannya sebagai iringan saat berjoged.

Kehadiran Manthous dan Didi Kempot

Memasuki era 1990an, seorang musisi tradisional asal Yogyakarta Manthous berhasil membawakan aliran tersebut dengan gaya modern. Dari sini kemudian muncul istilah campursari dan kehadirannya langsung diterima oleh pecinta musik Jawa secara luas.

Tak lama setelah itu banyak penyanyi lokal Jawa yang menekuni aliran ini dan salah  satunya adalah Didi Kempot. Musisi ini berhasil menempatkan diri sebagai penyanyi campursari papan atas usai menciptakan dan membawakan single Stasiun Balapan.

Jika Manthous lebih sering menggunakan bahasa halus dan bernada puitis dalam syair lagunya, maka Didi Kempot justru memakai bahasa ngoko dan musiknya mempunyai nuansa pop tinggi. Atas dasar ini, Didi Kempot lebih sering menyebut dirinya sebagai musisi pop Jawa dibanding musisi campursari.

Meski sempat mengalami keredupan dan kemunduran, beberapa tahun belakangan ini musik campursari dan lagu pop Jawa kembali menjadi tren. Apalagi sejak kehadiran musisi milenial seperti Deny Caknan, Ndarboy Geng, Cak Percil, Guyon Waton, dan masih banyak lagi. Penggemarnya tak hanya ratusan ribu saja, tapi mencapai puluhan juta orang.

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Most Popular

Latest Articles