Turunnya hujan gerimis tidak menyurutkan penonton untuk meninggalkan panggung konser etnik di Balaikota Surakarta pada Jumat 16 September 2022 kemaren. Gelaran bertajuk ‘Mahambara Gamelan Nusantara: Gamelan Indonesia Untuk Dunia’ ini jadi selebrasi atau perayaan penyerahan sertifikat UNESCO untuk pemerintah Indonesia.
Lembaga dunia yang ada dalam naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tersebut meresmikan gamelan sebagai The Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity atau Daftar Representasi Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan.
Sertifikat tersebut diserahkan melalui Kementerian Luar Negeri, kemudian diteruskan kepada beberapa pihak lain. Mulai dari Direktur Jenderal Kebudayaan, Arsip Nasional Indonesia (ANRI), dan 14 Pemerintah Provinsi yang berperan sebagai pengusul pada UNESCO. Sedangkan sertifikat yang asli langsung disimpan oleh ANRI.
Atraksi budaya yang berlangsung dari pukul 19:00 WIB ini dimeriahkan dengan tiga penampilan. Masing-masing adalah Gamelan D’Eselon, Konser Paragamangsa Silang Gaya, dan Konser Tribute to Rahayu Supanggah. Ada 200 pelaku seni yang terlibat di acara ini sebagai wakil beragam gaya musikal nusantara.
Penghargaan Untuk Rahayu Supanggah
Konser dengan tajuk Tribute to Rahayu Supanggah dipentaskan secara lebih istimewa karena merupakan wujud dari penghargaan khusus kepada Rahayu Supanggah. Sosok ini berperan sangat besar terhadap proses panjang penetapan gamelan dari UNESCO.
Beliau yang memiliki nama lengkap Prof. Dr. Rahayu Supanggah, S.Kar., DEA hadir sebagi inisiator pertama untuk memperjuangkan dan mengusulkan gamelan agar dapat tercatat sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) dunia. Dia sangat menginginkan gamelan dapat mengikuti jejak budaya lain seperti batik, wayang, dan keris yang telah mendapat pengakuan oleh UNESCO.
Menurut informasi dari Solopos, pada tahun 2014 Rahayu Supanggah sudah mulai membentuk tim untuk membantu menyusun naskah akademik. Tindakan ini didukung oleh ISI Surakarta, Komunitas Garasi Seni Budaya, dan Yayasan Teladan Utama.
Melalui berbagai perjuangan dan tantangan, upaya dan kerja keras Rahayu Supanggah menampakan hasil. Pada tanggal 15 Desember 2021 UNESCO menerbitkan sertifikat untuk gamelan. Akan tetapi karena adanya covid-19, selebrasi penyerahan sertifikat ini baru dapat diselanggarakan pada Jumat kemarin di halaman Balaikota Surakarta.
Dalam gelaran tersebut, ditampilkan delapan karya Rahayu Supanggah. Diantaranya Kebogiro Dayohe Teka, Amartya, Kartini, Escargo, Lintang Rembulan, Jo Dirasakno, Duet, dan Tutur Tinutur. Maha karya ini dibawakan oleh pengrawit dan penari dengan jumlah keseluruhan lima puluh orang.
Sementara itu untuk Konser Paramagangsa, merupakan atraksi hasil kolaborasi antar komunitas gamelan. Beragam perangkat gamelan dan non gamelan beserta repertoar gending dari Surakarta, Yogyakarta, Bali, Jawa Barat, Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi bersatu padu sebagai wujud satu kesatuan nusantara.
Berikutnya dipentaskan pula beragam perangkat gamelan pakurmatan seperti sekaten, carabalen, monggang, dan kodhok ngorek yang berpadu dengan ensambel dari daerah lain. Seperti Saluang Jo Dendang Minangkabau, Gandrang Makassar, dan sebagainya. Semua mampu membuat penonton enggan beranjak dari tempat duduk sampai atraksi tersebut berakhir.