Studi terbaru menemukan, kemampuan infeksi virus corona dapat menurun hingga 90 persen. Hal ini terjadi dalam dua puluh menit pertama setelah coronavirus mengudara bersama aerosol, yaitu tetesan pernapasan sangat kecil yang sanggup menempel di udara selama berjam-jam, bahkan dalam jarak jauh.
Riset yang dilakukan University of Bristol’s Aerosol Research Centre, Inggris, tersebut juga menemukan penurunan kemampuan infeksi SARS-CoV-2 sebagian besar terjadi dalam lima menit pertama.
Penelitian itu dirilis melalui MedRXiv pada awal tahun 2022. Studinya belum ditinjau rekan sejawat, artinya riset masih berpeluang memiliki sejumlah kesalahan dan ketidakakuratan karena belum dievaluasi oleh ahli medis lainnya.
Penelitian dilakukan menggunakan alat khusus untuk menyimulasikan penularan virus corona melalui udara ketika dilepaskan pengidap COVID-19 yang batuk ataupun bersin.
Piranti khusus tersebut kemudian dirancang agar dapat menyemprotkan partikel kecil dengan kandungan coronavirus. Alat ini juga memungkinkan virus melayang di antara dua cincin listrik selama 5 detik hingga 20 menit.
SARS-CoV-2 dikondisikan mengudara di sebuah area dengan tingkat suhu, kelembapan, intensitas cahaya, dan paparan sinar UV yang dikontrol ketat oleh peneliti.
Profesor Jonathan Reid, direktur University of Bristol’s Aerosol Research Centre mengklaim percobaan ini merupakan simulasi pelepasan aerosol dari sistem pernapasan pertama dalam sejarah.
Lantas, apa temuannya? Hasil riset mengungkapkan, ketika partikel virus corona berada di udara, mereka cepat kehilangan cairan dan mengering.
Pasalnya, udara bebas sangat berbeda dengan lingkungan infeksi coronavirus di tubuh manusia, seperti paru-paru yang relatif lembap dan kaya karbon dioksida (CO2).
Di udara yang lebih kering dan memiliki tingkat karbon dioksida lebih rendah dibandingkan paru, pH virus mengalami peningkatan.
Hal ini tidak hanya menyebabkan virus cepat mengering, namun juga menurunkan kemampuan SARS-CoV-2 dalam menginfeksi sel tubuh manusia.
“Meski begitu, kecepatan mengering setiap virus sangat bervariasi. Hal ini bergantung pada tingkat kelembapan relatif udara di sekitarnya,” jelas Prof. Reid yang memimpin penelitian.
Berdasarkan simulasi penyebaran virus corona melalui udara, para peneliti menemukan bahwa kemampuan infeksi coronavirus turun sebanyak 50 persen.
Hal ini terjadi hanya dalam lima detik, ketika virus berada di udara kering dengan tingkat kelembapan kurang dari 50 persen.
Tingkat kelembapan ini umumnya ditemukan di area perkantoran. Pada area tersebut, kemampuan virus corona akan menurun sebanyak 19 persen dalam lima menit berikutnya.
Sementara itu, pada area dengan tingkat kelembapan sekitar 90 persen (misalnya di ruang uap ataupun shower), penurunan kemampuan infeksi coronavirus terjadi bertahap.